Suararakyat.info.Jakarta — Di balik hingar-bingar proyek hunian mewah dan klaim pembangunan eksklusif, ada cerita yang tak pernah tampil di iklan real estate: penggusuran paksa, air mata warga, dan hancurnya ekosistem kemanusiaan. Tragedi kemanusiaan di Deli Serdang, khususnya wilayah Sampali, Bulu Cina, hingga kawasan eks-HGU PTPN II seluas 97 hektare, kembali mencuat sebagai luka yang terus menganga dalam demokrasi Indonesia.
Jurnalis senior NP Bunda Farida Sebayang, yang juga aktivis PPWI dan LBH Pers Presisi GSN, menyoroti peristiwa ini sebagai pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia. Ia mengutuk keras keterlibatan pemodal besar, yang disebutnya sebagai “oligarki mafia tanah”, dalam penggusuran penduduk yang dilakukan dengan kedok pembangunan kawasan elit Citra Land.
“Ini bukan pembangunan. Ini penghapusan sejarah hidup rakyat kecil demi langit-langit rumah mewah yang dibangun di atas tanah air mata,” tegas Bunda Farida dalam pernyataannya.
Capung Kecil: Simbol Perlawanan dari Alam
Dalam sebuah alegori yang menggugah, Farida bersama aktivis lingkungan lainnya memperkenalkan simbol “Capung Kecil Sampali” seekor serangga mungil yang menjadi predator alami nyamuk, namun kini habitatnya turut terancam oleh keserakahan manusia.
Capung kecil, dalam narasi ini, bukan sekadar serangga. Ia adalah metafora dari rakyat kecil yang sering diabaikan, dianggap remeh, atau dibasmi karena dianggap mengganggu. Padahal, capung adalah pengendali alami nyamuk yang dalam narasi sosial-politik, dimaknai sebagai nyamuk oligarki, simbol korupsi, KKN, dan kekuasaan yang menyedot darah rakyat.
“Membunuh capung kecil berarti membiarkan nyamuk oligarki berkembang biak,” ujar Dr. Bernard, Ketua DPP GAKORPAN.sabtu (7/6) 2025)
Dalam konteks ini, nyamuk bukan hanya penyebar penyakit, tapi juga penyebar ketakutan, intimidasi, dan pengkhianatan terhadap amanat konstitusi. Mereka lahir dari proyek penggusuran, lelang senyap aset negara, dan kolusi antara penguasa daerah dan pemilik modal hitam.
Tragedi Penggusuran: Lebih dari Sekadar Tanah yang Hilang
Kawasan Sampali dan sekitarnya telah menjadi korban pembangunan tanpa nurani. Dari RSU eks-Gudang Asap hingga kampung Mandoge, warga terpaksa terusir tanpa perlindungan hukum yang memadai. Tanah rakyat menjadi komoditas, dan aparat yang seharusnya melindungi justru menjadi alat kekuasaan.
Bagi Farida dan rekan-rekannya di PPWI, LBH Pers, dan RB.RPG.08, penggusuran ini adalah “kejahatan kemanusiaan yang harus diusut tuntas.” Mereka mendesak pemerintah pusat, khususnya Kapolri dan KPK, untuk:
Menangkap dan mengadili agen-agen oligarki mafia tanah
Membuka data eks HGU PTPN II secara transparan
Mengembalikan hak rakyat atas tanah yang dirampas dengan cara licik
“Jangan bunuh capung kecil hanya karena ia tampak lemah. Tanpa mereka, nyamuk oligarki akan menggigit siapa saja tanpa kendali,” sindir Farida dengan getir.
Menjaga Capung Kecil, Menjaga Demokrasi
Capung kecil bukan hanya predator nyamuk, tapi juga indikator ekosistem yang sehat. Dalam konteks sosial-politik, mereka adalah simbol perlawanan rakyat kecil, suara-suara waras di tengah gelombang korupsi, dan pengingat bahwa tidak semua bisa dibeli dengan kekuasaan.
Farida bersama jejaring advokat rakyat seperti GSN, PPWI, LBH Pers, dan RB.RPG.08, menyerukan gerakan “Selamatkan Capung Kecil Sampali” sebagai bagian dari kampanye nasional pengembalian tanah rakyat dan penegakan keadilan.
“Oligarki takut pada suara kecil, karena suara kecil itu tak bisa dibungkam dengan uang. Sama seperti capung, mereka bebas dan tahu kapan harus menggigit balik,” ujar Rusman Pinem, pegiat agraria Sumatera Utara.
Tragedi penggusuran di Deli Serdang bukan hanya soal tanah. Ia adalah manifestasi dari kerusakan sistemik: dari hukum, birokrasi, hingga nilai-nilai kebangsaan. Pancasila diinjak-injak, UUD 1945 dilupakan, dan Bhineka Tunggal Ika hanya jadi slogan tanpa makna.
Di tengah semua itu, capung kecil terbang rendah mengingatkan bahwa yang kecil pun punya peran besar. Dan kalau kita tetap diam, maka bukan hanya capung yang akan hilang, tapi juga masa depan demokrasi kita.
“Jangan jadi bagian dari yang membunuh capung. Karena kelak, nyamuk-nyamuk oligarki itu akan menggigit siapa pun termasuk Anda.”Pungkasnya
(Dr.Bernard)