Suararakyat.info.Cianjur– Ketika angin laut bertiup membawa kabar dari ombak yang tak pernah diam, seorang aktivis muda berdiri di bibir Pantai Jayanti dengan tekad yang tak kalah kuat dari karang. Namanya Cep Toto. Ia bukan pejabat, bukan juga pengusaha. Ia hanya aktivis muda biasa, seorang perantau yang meninggalkan tanah kelahirannya dengan satu mimpi besar: menjadikan Pantai Jayanti sebagai destinasi pariwisata unggulan Jawa Barat, namun tanpa mengorbankan rakyat dan lingkungan.
Cep Toto lahir dan besar di garut,dan kini merantau di sebuah kecamatan di ujung selatan Kabupaten Cianjur yang berbatasan langsung dengan Laut Selatan.ia merantau ke cianjur untuk mencari ilmu dan pengalaman hidup. Namun hati dan pikirannya tak pernah benar-benar lepas dari tanah pesisir tempat ia merantau. Dalam setiap debur ombak Jayanti, dalam setiap tatap nelayan yang kembali dari laut, ia melihat potensi yang luar biasa bukan hanya soal keindahan alam, tetapi tentang bagaimana masyarakat bisa berdaya di tengah geliat pariwisata yang seringkali timpang.
“Saya bukan siapa-siapa. Tapi saya percaya, kalau kita mau bersinergi anak muda, masyarakat, dan pemerintah kita bisa bangun Jayanti ini jadi daerah tujuan wisata yang dikenal luas, tapi tetap berpihak ke rakyat kecil,” ujar Cep Toto dalam sebuah wawancara di sebuah saung sederhana tak jauh dari bibir pantai.
Bagi Cep Toto, pariwisata bukan hanya soal mendatangkan turis dan uang. Lebih dari itu, pariwisata adalah alat untuk membangun masa depan masyarakat. Ia bermimpi bahwa setiap warga Cidamar dan sekitarnya bisa mendapatkan manfaat langsung dari hadirnya wisatawan entah itu lewat homestay, warung makanan khas, kerajinan tangan, jasa pemandu lokal, atau pertunjukan seni tradisional.
“Saya tidak ingin Jayanti jadi pantai yang indah tapi warganya tetap sederhana. Kita harus ubah itu. Kita harus jadi tuan rumah di tanah sendiri,” tegasnya.
Semangatnya bukan sekadar wacana.Cep Toto ingin memulai menggagas kegiatan gotong royong membersihkan area pantai, membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis), hingga mengajak warga muda untuk membuat konten media sosial yang mempromosikan Jayanti dengan cara yang otentik. Bukan dengan visual glamor yang menipu, tetapi dengan cerita nyata: kehidupan nelayan, budaya lokal, dan keindahan pantai yang masih alami.
Dukungan pun mulai datang. Beberapa tokoh masyarakat menyambut langkah Cep Toto dengan antusias. Bahkan, sejumlah wisatawan yang datang dari Bandung, Sukabumi, hingga Jakarta, mengaku tertarik datang setelah melihat konten-konten sederhana namun jujur tentang Pantai Jayanti.
“Yang dibutuhkan itu bukan hotel mewah. Tapi akses jalan yang layak, kebersihan, dan keramahan masyarakat. Kalau itu bisa dijaga, turis akan datang dengan sendirinya,” jelas Cep Toto sambil menunjuk jalan sempit berdebu yang menuju pantai.
Ia menyadari, membangun pariwisata itu bukan perkara sehari dua hari. Tapi ia yakin, jika semua pihak mau duduk bersama, Jayanti bisa menjadi contoh pembangunan wisata berbasis rakyat yang ramah lingkungan dan adil secara ekonomi.
Kini, Cep Toto tak lagi hanya sekadar aktivis muda perantau. Ia telah menjadi simbol semangat baru di pesisir Cianjur Selatan. Simbol perlawanan terhadap pola pembangunan yang elitis dan eksploitatif. Dan simbol harapan, bahwa perubahan bisa dimulai dari mimpi sederhana seorang anak kampung yang datang membawa cinta.
Pantai Jayanti tidak butuh investor besar yang datang membawa janji-janji kosong. Yang dibutuhkan adalah orang-orang seperti Cep Toto yang mencintai tanahnya, memahami warganya, dan mau bekerja dari bawah, bersama-sama.
Untuk siapa pun yang membaca cerita ini, jika suatu hari nanti menjejakkan kaki di pasir hangat Jayanti, tengoklah sekitar. Lihat nelayan yang berada didermaga kecil, anak-anak yang bermain di pesisir pantai , dan senyum tulus dari para ibu yang menawarkan makanan khas pantai . Di sana, di tengah mereka, mungkin ada Cep Toto yang lain. Yang sedang menenun mimpi, di antara ombak dan angin.
(Red)