Suararakyat.info-Sukabumi-Pemerintahan yang baik bukan hanya ditentukan oleh program-programnya, tetapi juga oleh kesungguhannya dalam menjalankan prinsip efisiensi, transparansi, dan kedekatan dengan rakyat.
Di tengah upaya Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi, yang gencar mendorong reformasi birokrasi agar lebih membumi dan berpihak pada masyarakat, masih saja terdapat praktik-praktik lama yang menunjukkan sikap abai dan tidak sejalan dengan semangat perubahan tersebut.
Salah satunya dapat kita lihat pada rencana pelaksanaan kegiatan sosialisasi tambak udang PT Berkah Semesta oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi, melalui Sekretariat Daerah, yang digelar di hotel mewah yang jauh dari lokasi masyarakat terdampak.
Sosialisasi yang dilaksanakan pada 9 Mei 2025 pukul 13.00 di Hotel Laska, Kota Sukabumi, patut dipertanyakan dari segi tempat, efisiensi, dan orientasi. Hotel tersebut bukan hanya berkelas mewah, tetapi juga berlokasi jauh dari wilayah Pajampangan daerah yang menjadi lokasi rencana proyek sekaligus tempat tinggal utama masyarakat yang akan terdampak langsung.
Pemilihan tempat ini secara praktis menghambat partisipasi masyarakat Pajampangan karena mereka harus menempuh jarak yang jauh dan mengeluarkan biaya pribadi hanya untuk mengikuti forum yang menyangkut masa depan ruang hidup mereka.
Lebih dari itu, keputusan menggunakan fasilitas mewah seperti hotel berbintang bertentangan dengan arahan tegas dari Gubernur KDM yang sejak awal mengamanatkan agar kegiatan-kegiatan pemerintah dilaksanakan secara sederhana, efisien, dan dekat dengan masyarakat. Arahan ini bukan sekadar simbolik, melainkan bagian dari transformasi birokrasi agar tidak lagi terjebak dalam pola kerja elitis yang memisahkan pemerintah dari rakyatnya.
Tindakan Sekda Kabupaten Sukabumi ini menimbulkan sejumlah pertanyaan. Mengapa sosialisasi tidak dilaksanakan langsung di wilayah Pajampangan, agar masyarakat bisa hadir dengan mudah dan aktif menyuarakan pandangannya? Mengapa harus memilih tempat yang mahal dan eksklusif, seolah-olah kegiatan ini hanya diperuntukkan bagi kalangan terbatas? Apakah ini bentuk ketidaksensitifan terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat, atau justru cerminan dari pola pikir birokrasi yang belum berubah?
Yang lebih memprihatinkan, Sekretaris Daerah sebagai pejabat tertinggi ASN di Kabupaten Sukabumi justru tidak memberikan contoh yang baik kepada bawahannya. Dalam posisi strategisnya, Sekda seharusnya menjadi teladan dalam menjalankan nilai-nilai pemerintahan yang sederhana, hemat, dan berpihak pada rakyat. Namun dalam kasus ini, yang terjadi justru sebaliknya: ia memperkuat budaya birokrasi yang jauh dari realitas kehidupan masyarakat. Ketika pimpinan ASN sendiri lebih mengutamakan kemewahan dan formalitas semu, bagaimana mungkin diharapkan para pegawai di bawahnya akan bersikap berbeda?
Melihat kondisi ini, muncul satu gagasan yang mungkin terdengar ekstrem tapi sangat penting untuk dipertimbangkan: para aparatur sipil negara (ASN) perlu merasakan pendisiplinan dan penanaman nilai-nilai kerakyatan secara lebih keras dan langsung. Seperti halnya para menteri, bupati, dan walikota yang menjalani pembinaan dan gemblengan di Pusat Pendidikan Kepemimpinan di Magelang, barangkali sudah saatnya ASN juga “dibawa ke barak militer” untuk digembleng seperti halnya pelajar-pelajar nakal, malas dan tidak disiplin.
Mereka harus diajarkan kembali arti pelayanan publik yang sesungguhnya—bukan sekadar duduk di ruang ber-AC dan hadir dalam seremoni mewah, duduk-duduk makan lalu pulang dengan menerima tunjangan dinas.
Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Sukabumi melakukan perubahan sesuai dengan tagline Sukabumi Mubarokah (Maju, Unggul, Berbudaya, dan Berkah). Kepercayaan publik tidak hanya dibangun dari terselenggaranya rapat-rapat besar nan megah, tetapi juga dari hal-hal mendasar seperti keberpihakan tempat dan cara pemerintah hadir di tengah rakyatnya. Jika prinsip-prinsip ini terus diabaikan, maka jargon Mubarokah” akan kehilangan maknanya di mata warga Pajampangan dan masyarakat Kabupaten Sukabumi secara umum.
Catatan Opini: Azhar Vilyan
(Red)