Suararakyat.info.Jakarta— Iduladha tidak hanya tentang penyembelihan hewan kurban, melainkan juga perayaan rasa, kebersamaan, dan nilai pengorbanan. Di dapur-dapur rumah dan halaman musholla, aroma daging yang terbakar di atas bara arang menjadi saksi bahwa kuliner telah menjadi bagian tak terpisahkan dari cara umat Islam memperingati hari besar ini.
Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah punya kekhasan dalam mengolah daging kurban. Namun ada satu benang merah yang menyatukan cita rasa, tradisi, dan filosofi. Di Sumatera Utara, khususnya kawasan Deli Serdang, resep-resep turun-temurun kembali hadir ke meja makan. Salah satu yang paling dinanti adalah Gulai Kambing Kampung, Sate Maranggi Deli, dan Sop Tulang Sapi Rempah hidangan khas yang diracik dengan sabar dan cinta.(5/6/2025)
1. Gulai Kambing Kampung Deli: Warisan Leluhur yang Terus Hidup
Gulai kambing bukan sekadar masakan, ia adalah warisan. Di desa-desa sekitar Percut Sei Tuan dan Tanjung Morawa, gulai kambing biasanya dimasak dalam kuali besar, menggunakan kayu bakar, dan dimasak bersama oleh para lelaki dewasa.
Bahan-bahan:
1 kg daging kambing kampung, potong sesuai selera
1 liter santan kental
3 lembar daun salam, 2 batang serai, 2 lembar daun jeruk
2 ruas lengkuas, geprek
1 sdm air asam jawa
Bumbu halus:
8 siung bawang merah
5 siung bawang putih
5 butir kemiri
1 ruas jahe
2 sdm ketumbar sangrai
1 sdt jintan dan adas manis
Cabai merah besar secukupnya (sesuaikan tingkat pedas)
Cara memasak:
1. Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan rempah-rempah dan daging kambing.
2. Aduk hingga daging berubah warna, lalu tuang santan secara perlahan.
3. Masak di atas api kecil selama 1,5 jam agar empuk dan bumbu meresap.
4. Tambahkan air asam, koreksi rasa, dan sajikan hangat dengan nasi putih atau lontong.
Gulai ini bukan hanya lezat, tetapi juga dipercaya menghangatkan badan. Masyarakat menyebutnya sebagai “pengikat perut dan hati” karena biasanya disantap beramai-ramai usai salat Id dan penyembelihan hewan kurban.
2. Sate Maranggi Deli: Tradisi yang Berasimilasi
Meskipun berasal dari Jawa Barat, gaya sate maranggi telah diadaptasi oleh warga Deli Serdang. Bedanya, bumbu kecap digantikan oleh sambal andaliman khas Batak dan kadang diselingi dengan potongan nenas sebagai pelunak daging.
Bahan:
500 gram daging sapi kurban, potong dadu besar
2 sdm air nenas (opsional)
1 sdm minyak goreng
Bumbu halus:
5 siung bawang putih
4 siung bawang merah
2 sdm ketumbar
1 ruas jahe
Garam dan gula merah secukupnya
Pelengkap:
Sambal andaliman atau sambal kecap pedas
Cara membuat:
1. Marinasi daging dengan bumbu halus dan air nenas, diamkan minimal 2 jam.
2. Tusuk daging, lalu panggang di atas bara api hingga matang dan mengeluarkan aroma khas.
3. Sajikan dengan sambal andaliman dan irisan bawang merah mentah.
Tradisi bakar sate dilakukan oleh pemuda dan remaja, sekaligus menjadi ajang silaturahmi antar generasi. “Kami ngumpul di pos ronda, bakar sate sambil main gitar. Itu tradisi Iduladha kami dari kecil,” ujar Budi Santoso, salah satu pemuda dari Desa Bandar Klippa.
3. Sop Tulang Sapi Rempah: Hangatkan Jiwa, Eratkan Persaudaraan
Tak semua bagian daging bisa dijadikan sate. Tulang dan urat biasanya dikumpulkan untuk dibuat sop. Kuahnya bening, tetapi aromanya kuat dan dalam. Resep ini banyak digunakan oleh ibu-ibu di kampung untuk menjamu tamu yang datang bersilaturahmi.
Bahan:
1 kg tulang sapi dengan sumsum
2 liter air
1 batang kayu manis, 5 butir cengkeh, 3 butir kapulaga
3 siung bawang putih dan 4 bawang merah (iris, goreng)
2 sdm bawang goreng untuk taburan
Daun bawang, seledri, tomat, kentang
Cara memasak:
1. Rebus tulang sapi hingga mendidih dan buang buihnya.
2. Masukkan rempah, kentang, dan irisan bawang, rebus hingga empuk dan kuah harum.
3. Sajikan dengan taburan bawang goreng dan sambal cabai rawit.
Makna yang Lebih Dalam dari Sekadar Hidangan
Dosen Antropologi Kuliner Universitas Sumatera Utara, Fajar Silalahi, menjelaskan bahwa “hidangan kurban adalah upaya merekatkan nilai sosial yang mulai renggang. Di saat krisis ekonomi atau konflik sosial, dapur kurban menjadi tempat netral dan hangat untuk memperkuat solidaritas.”
Sementara itu, dalam jurnal “Food, Faith, and Festivity in Contemporary Muslim Societies” (Hasan & Mutmainnah, 2021), dijelaskan bahwa makanan dalam Iduladha tidak hanya merepresentasikan rasa syukur, tetapi juga distribusi keadilan karena daging kurban wajib diberikan kepada yang membutuhkan.
Iduladha bukan hanya tentang menyembelih hewan, tetapi juga menyembelih ego, merayakan empati, dan membagi rasa dalam setiap piring gulai, sate, dan sop. Dari tangan yang memotong daging hingga tangan yang menyalakan bara, semuanya adalah bagian dari ibadah sosial yang lezat.
(Red)