Suararakyat.info.Bogor-Dalam sebuah langkah berani yang mengedepankan nilai-nilai persaudaraan dan keadilan restoratif, sejumlah tokoh nasional dan aparat hukum menyuarakan dukungan terhadap penyelesaian damai kasus kekerasan remaja yang mengguncang Kampung Ciburial, Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kasus ini bermula dari kenakalan remaja di bawah umur yang dipicu oleh peredaran bebas minuman keras oplosan jenis “ciu”, yang mengakibatkan tragedi melibatkan dua keluarga—Mu M, Saepudin, Bambang, Imas, dan Komar—yang ironisnya masih memiliki ikatan darah dan tinggal sekampung. Konflik internal ini mencuat menjadi kasus hukum yang nyaris menghancurkan tatanan sosial masyarakat kecil di kaki Gunung Gede Pangrango.
Namun, berkat dorongan dari berbagai pihak seperti Jurnalis Senior Dr. Bernard BBBI Siagian, SH., Makp, Pengacara Nasional Dian Wibowo, SH., MH., dan aktivis perempuan Bunda Tiur Simamora (BAI-FRN, DPP GAKORPAN #LBH Pers Presisi Polri), suara akal sehat dan tali silaturahmi kembali dihidupkan. Melalui pendekatan Restorative Justice, para pihak yang berseteru akhirnya memilih jalan damai.Selasa(6/5/2025)
Kapolres Bogor, AKBP Drs. Rio Wahyu Anggoro, SH., SIK., MH., menyatakan dukungan penuh terhadap pendekatan kekeluargaan ini. “Kami menyambut baik itikad damai kedua belah pihak. Ini menjadi contoh edukatif yang harus kita dorong di tengah maraknya kasus kenakalan remaja akibat pengaruh negatif alkohol dan narkoba,” ujarnya dalam konferensi pers di Mapolres Bogor pagi ini.
Lebih dari sekadar penyelesaian kasus, peristiwa ini menjadi refleksi mendalam bagi para orang tua dan aparat negara dalam menghadapi fenomena degradasi moral anak muda. Anak-anak yang terlibat sempat dititipkan di UPT Dinsos Bogor selama lima bulan dalam kondisi psikologis tertekan, akibat minimnya pengawasan serta efek trauma pasca insiden.
Pengacara Dian Wibowo menegaskan bahwa kasus ini telah diselesaikan secara tuntas. “Kita sudah saling bersalaman, saling memaafkan. Tidak boleh ada lagi suuzon, dengki, apalagi dendam. Mari kembali ke titik nol,” tegasnya.
Lebih jauh, negara pun didorong untuk hadir aktif melalui program rehabilitasi dan pembinaan, seperti model “Pesantren 6 Bulan” ala Kang Deddy Mulyadi. Program ini tak hanya mengobati luka batin, tetapi juga menanamkan kembali nilai-nilai luhur Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, serta semangat bela negara.
Dalam arahan yang dihadiri orang tua dan anak-anak pelaku, Kapolres Bogor menegaskan pentingnya pendidikan karakter, spiritualitas, dan pelatihan keterampilan sebagai jalan pembebasan anak-anak dari jerat pergaulan destruktif. Pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasikan anggaran untuk program pembinaan terpadu dan terstruktur (TSM), demi mencetak generasi muda yang bukan hanya selamat, tetapi mampu menjadi suri teladan bangsa.
“Daripada mereka menjadi sampah masyarakat, lebih baik kita bentuk mereka menjadi patriot sejati: guru, dokter, polisi, TNI, pengusaha, bahkan anggota DPR,” ujar Dr. Bernard dengan nada tegas dalam pernyataan tertulisnya.
Kasus ini adalah cermin. Bagi bangsa. Bagi orang tua. Dan bagi seluruh masyarakat. Bahwa jika kita gagal membina anak-anak hari ini, maka kita akan menuai kekacauan esok hari.
(Dr Bernard)
Beranda
Nasional
Tragedi Ciu di Ciburial: Kenakalan Remaja, Luka Keluarga, dan Jalan Damai Restoratif
Tragedi Ciu di Ciburial: Kenakalan Remaja, Luka Keluarga, dan Jalan Damai Restoratif




